MEMAHAMI MAKNA TERTINGGI
DARI HURUF ‘B’ ADALAH ISU PALING PENTING
Sumber: KNOW YOURSELF Karya:
AHMED HULUSI
Alih Bahasa: T. J. Sagwiangsa
Bismillah-ir-
Rahmaan-ir-Rahim
Saya
mulai dengan rahasia/misteri pada nama Allah yang Maha Pengasih (Rahman) dan
Maha Penyayang (Rahim) …
Sungguh
sama saja bagi mereka (orang kafir, yang
menolak realitas) apakah engkau mereka atau tidak engkau peringatkan – mereka
tidak akan percaya.
Allah
telah memasang segel pada persepsi pikiran mereka mengenai realitas; dan pada
pandangan mereka ada penutup. Dan bagi mereka siksaan yang pedih sebagai akibat
perbuatan mereka.
Dan di antara manusia ada yang
mengatakan, “Kami beriman kepada allah sesuai dengan arti isyarat B (dengan pemahaman
bahwa Nama-nama allah meliputi esensi kita) dan akhirat (bahwa kita akan hidup
abadi sesuai dengan akibat perbuatan kita),” namun mereka tidak benar-benar
beriman sesuai dengan arti isyarat B.” *2. Al-Baqara: 6-8]
Setelah
memberikan uraian singkat mengenai arti dari frase ‘Dengan Nama Allah
(Basmalah)’ dan menukil ayat Al-Qur’an di atas, mari kita lanjutkan dengan
materi kita.
Meskipun
mengucapkan frase ‘Dengan Nama Allah’ dilakukan dengan mulut, tujuan keseluruhan
dari mengucapkannya adalah memahami sepenuhnya dan mengalaminya.
Sungguh,
mereka yang tak dapat melihat kebenaran dari frase unik ini dan mengambil
langkah yang sepatutnya untuk merealisasikan realitasnya hanya akan terus
mengulangi ekspresi ini berulang-ulang tanpa memikirkannya. Pada suatu saat,
mungkin mereka akan mampu memahami arti sebenarnya juga nilai mistisnya
sehingga pada akhirnya dapat mengalami sendiri realitasnya.
Kita tahu
bahwa nama hanya digunakan untuk memberikan arti tertentu. Namun, arti yang
ditunjukkan nama tersebut bukan namanya sendiri yang membuatnya jauh lebih
penting dari yang lainnya.
Untuk alasan
inilah, nama-nama dan bentuk-bentuk tak pernah bisa menjelaskan Esensi Absolut
karena Kesatuan Agung tertutup di balik keragaman bentuk-bentuk ciptaan.
Jika kita
tak dapat merealisasikan sifat sejati dari Basmalah, pikiran kita hanya terisi
dengan nama-nama dan obyek-obyek. Semoga Allah Yang Maha Kuasa mengaruniai kami
kemampuan untuk memahami realitas dari nama-nama dan obyek-obyek dan tidak
merendahkan kami sehingga salah menafsirkan makna sebenarnya.
Orang-orang bertanya pada kami: ‘Mengapa Anda tidak menyebutkan frase Basmalah (Dengan Nama Allah) di halaman pengantar buku-buku Anda?’
Kami
meyakini bahwa segala puji bagi Allah dan karenanya kami tak mampu
mengekspresikan rasa syukur kami. Kami menyadari bahwa karena ketentuanNya dan
KasihNya Yang Agung lah kami dapat menuliskan pandangan kami mengenai
materi-materi ini baeberapa tahun lalu, dengan membaca frase agung ini, ‘Dengan
nama Allah (Bismillah)’. Sungguh dengan melakukan hal itu, kami berhasil
mencapai keadaan terahmati yang dikenal sebagai penyingkapan (Al-Kashf), yang
membuat kami menyadari kebenaran tertentu dan kemudian memungkinkan kami
mencapai keadaan keyakinan total (Yaqin). Tidak diragukan bahwa informasi yang
Anda terima dari kami, tertulis ataupun visual, telah dikomunikasikan kepada
anda dari pandangan Yang Maha Pengasih (Ar-Rahman) dan Maha Penyayang (Ar-Rahim).
Meskipun
kami tidak mengucapkan kalimat ‘Basmalah’ di awal karya-karya kami, kami masih
sepenuhnya sadar akan makna spiritual aktualnya.
Untuk alasan
ini, kami yakin bahwa pendekatan kami juga sejalan dengan nasihat dalam
Al-Qur’an yang berbunyi:
Bukan engkau yang
melempar, ketika engkau melempar, melainkan Allah yang melempar [8. Al-Anfal:
17]
Sementara
itu, harus kita sadari bahwa ‘Basmalah’ bukan sekedar kata untuk diucapkan siapa saja atau digunakan
untuk menekankan pentingnya sesuatu yang lain. Kata ini semata-mata menerangkan
sifat dan kualitas lokasi dimana ia mewujud. Karenanya, membacakan kalimat ini
di depan publik tidak benar-benar perlu. Lebih dari itu, banyak juga orang yang
mengatakan bahwa menyingkap rahasianya di dalam agama tidak diperbolehkan.
Pemberitahuan
singkat ini sudah mencukupi bagi mereka yang memiliki pengetahuan ini. Namun,
ijinkan saya mengomentari peringatan umum lainnya, yang menyita banyak
perhatian kita semua.
Ayat yang
kami tukil di atas diambil dari awal halaman ke-dua Surat Al-Baqarah (Sapi
Betina) dalam Al-Qur’an. Mari kita coba fahami dan evaluasi makna dari ayat
terakhir yang disebutkan di atas sehubungan dengan ayat di bawah ini (yang
telah kami jelaskan dalam buku kami berjudul ‘Pikiran dan Keimanan’):
Dan di antara manusia ada yang
mengatakan, “Kami beriman kepada Allah sesuai dengan arti isyarat B (dengan
pemahaman bahwa Nama-nama allah meliputi esensi kita) dan akhirat (bahwa kita
akan hidup abadi sesuai dengan akibat perbuatan kita),” namun mereka tidak
benar-benar beriman sesuai dengan arti isyarat B.” *2. Al-Baqara: 6-8]
Hai
orang-orang yang beriman, berimanlah kepada Allah sesuai dengan arti isyarat B
[4. An-Nisa: 136]
Dua ayat
yang disebutkan di atas merupakan peringatan yang jelas, yang keduanya memegang
peranan penting dalam mengarahkan kita untuk mempraktekkan Sufisme dengan cara
yang benar, yang juga dirujuk sebagai keadaan keyakinan atau kepemilikan iman
dengan dengan pembuktian (Tahqiq).
Untuk dapat
memahami arti sebenarnya yang tersirat dalam ke dua ayat di atas, adalah
penting bahwa kita memahami prinsip-prinsip yang mendasari yang diperkenalkan
agama Islam kepada kita. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip ini dapat ditemukan
melalui jalan mistik yang dikenal sebagai Sufisme, sebuah sistem pemikiran
dalam Islam yang berfokus pada aspek-aspek spiritual juga aplikasi praktek
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak
diragukan lagi bahwa ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an juga penjelasan yang
diberikan Rasulullah Muhammad (SAW) sungguh telah membantu menjelaskan masalah
ini. Dalam kenyataannya, fakta penting ini memungkinkan kita memahami realitas
agama dengan lebih baik lagi.
Pada
kenyataannya, pemahaman yang kita miliki atau situasi yang kita hadapi tidak
relevan sama sekali. Kita harus meyakinkan bahwa tujuan utama kita adalah
memusatkan perhatian kepada isu yang paling penting di setiap waktu, khususnya
jika kita ingin menjelajahi kebenaran agama.
Jika kita
hanya memberi perhatian pada satu masalah saja dan mengabaikan yang lainnya,
maka tak diragukan pikiran kita hanya terisi dengan ide-ide yang kaku, yang
kadang membuat kita kebingungan. Sebaliknay, jika kita dapat memahami realitas
di sekitar setiap masalah, kita tidak akan pernah menghadapi situasi semacam
itu sama sekali.
Lebih jauh
lagi, jika kita membatasi pikiran kita hanya pada satu masalah bukannya melihat
pada gambaran keseluruhan, sudah pasti kita akan gagal untuk melihat banyak
aspek penting lainnya. Kita tak kan dapat memahami segala sesuatu dengan benar,
karena upaya kita untuk mencapai kebenaran akan terbukti sia-sia.
Pada
kesempatan ini, akan bermanfaat untuk mendiskusikan isu pertama dan paling
penting, bersama dengan prinsi-prinsip dasar lainnya, yang memungkinkan kita
mengarahkan diri sendiri untuk memahami realitas batin dari pokok masalah.
Komentar
Posting Komentar
Silakan tuliskan komentar Anda