Yesus
Kristus – Anak Tuhan? Bagian 1
alih bahasa dari: Jesus Christ, Son of God? - Part 1
Oleh: Dr. Lawrence B. Brown, MD
dari: www.TrueToJesus.com
dari: www.TrueToJesus.com
“Perbedaan paling jelas antara
seekor kucing dan sebuah kebohongan adalah bahwa kucing hanya memiliki 9 nyawa”
-
Mark Twain,
Pudd’nhead Wilson’s Calendar
Apakah
Yesus itu anak Tuhan, anak Daud, ataukah anak Manusia? Yesus disebut sebagai
“anak Daud” empatbelas kali dalam Perjanjian Baru, sejak ayat pertama
(Matius 1:1). Injil Lukas mencatat empatpuluh-satu generasi antara Yesus dan
Daud, sementara Matius menyebut duapuluh-satu generasi. Sebagai keturunan jauh,
Yesus hanya menyandang gelar “anak Daud” secara metafora. Lalu bagaimana kita
harus memaknai gelar “anak Tuhan?”
“Trilema”
umum yang biasa diajukan oleh para misionaris Kristen berbunyi, “Jika bukan seorang yang gila, Yesus adalah seorang pembohong, atau Anak Tuhan, seperti
yang diakuinya.” Untuk kepentingan argumentasi, mari kita sepakat bahwa Yesus
bukan orang gila ataupun pembohong. Mari sepakat pula bahwa beliau itu tepat seperti apa yang diakuinya. Namun,
apa makna pengakuannya itu? Secara konsisten, bahkan mungkin dengan rasa
empati, Yesus sering menyebut dirinya “Anak Manusia”. Dimanakah beliau pernah
menyebut dirinya “Anak Tuhan?”
Mari
mundur kebelakang. Apa makna awal dari “Anak Tuhan?” Tak satupun sekte-resmi
Kristen menyatakan bahwa Tuhan menikah dan memiliki seorang anak, dan sudah
pasti tak satupun beranggapan bahwa Tuhan menjadi ayah dari seorang anak
melalui seorang ibu di luar nikah. Lebih jauh lagi, menyatakan bahwa Tuhan
berhubungan badan secara fisik dengan mahluk ciptaanNya jelas di luar batas
toleransi agama, sebuah fitnahan keji, seumpama mengikuti mitos Yunani.
Tanpa
penjelasan rasional dalam prinsip-prinsip doktrin Kristen, satu-satunya jalan
sebagai argument penutup adalah dengan mengklaim, sekali lagi, misteri
doctrinal lainnya. Pada posisi ini umat Muslim mengingat sebuah pertanyaan yang
diajukan Al-Qur’an:
“ ... Bagaimana Dia mempunyai anak
padahal Dia tak beristri? ...” (Qur’an
6:101)
.
. .sementara yang lainnya berteriak, “Tapi Tuhan dapat melakukan apapun!” Tidak
demikian dari sisi Islam. Tuhan tidak melakukan hal yang tak layak, hanya melakukan
hal yang bersifat Ketuhanan. Dari sudut pandang Islam, karakter Tuhan bersifat
integral dengan keberadaanNya dan konsisten dengan keagunganNya.
Jadi,
apa sebenarnya makna “Anak Tuhan?” Dan jika Yesus mempunyai hak eksklusif
terhadap istilah ini, mengapa kitab
Injil menuliskan, “...karena Aku (Tuhan) adalah ayah dari Israil dan
Ephraim (yakni Israil) adalah kelahiran pertamaku” (Jeremiah 31:9) dan, “...Israil
adalah anakKu, bahkan kelahiran yang pertama” (Exodus 4:22)? Mengambil konteks
kalimat dari Roman 8:14, “Karena orang-orang yang perbuatannya dibimbing oleh
Ruh Tuhan, mereka adalah anak-anak Tuhan,” banyak sarjana menyimpulkan bahwa
“Anak Tuhan” bermakna metaforik, tidak menyiratkan eksklusivitas bagi Kristus.
Bagaimanapun juga, Kamus Oxford tentang Agama Yahudi menegaskan bahwa dalam
idiom Yahudi, kata “Anak Tuhan” jelas bermakna metaforik, Dalam kamus ini
disebutkan, “Anak Tuhan, istilah yang kadang ditemui dalam literature yahudi,
Injil, namun sama sekali tak menyiratkan turunnya Tuhan langsung secara fisik.”
[1] Kamus Injil Hasting memberikan komentar:
Dalam
bahasa Semitik, kata “anak (sonship)” merupakan pemahaman yang dipakai secara
leluasa untuk menyatakan hubungan moral, bukannya hubungan fisik ataupun
metafisik. Maka “anak-anak Belial” (Jg 19:22, dll) adalah orang-orang jahat,
bukannya keturunan Belial; dan di dalam NT,
kalimat “anak-anak kamar-pengantin (bridechamber)
berarti tamu-tamu pengantin. Jadi, “anak Tuhan” adalah seorang manusia, atau
bahkan orang banyak, yang mencerminkan karakter Tuhan. Ada sedikit bukti bahwa
gelar ini digunakan dalam lingkaran Mesiahnya Yahudi. Pengertian anak yang
melebihi suatu hubungan moral akan bertentangan dengan monoteisme Yahudi. [2]
Dan
bagaimanapun juga, daftar kandidat bagi “anak Tuhan” dimulai dari Adam, seperti
disebut dalam Lukas 3:28: “…Adam, yang adalah anak Tuhan.”
Mereka
yang membantah dengan menukil Matius 3:17 (“Dan tiba-tiba sebuah suara datang
dari langit, berkata, 'Inilah anakKu yang terkasih, yang dengannya aku sangat
bahagia’”) telah melewatkan satu hal bahwa Injil menyebutkan banyak orang,
termasuk Israil dan Adam, sebagai “anak Tuhan.” Baik dalam II Samuel 7:13-14
dan dalam I Kronikel 22:10 terbaca, “Dia (Solomon) akan membangun sebuah rumah
atas namaKu, dan Aku akan membangun singgasana kerajaannya selama-lamanya. Aku
akan menjadi Bapaknya, dan dia akan menjadi anakKu.”
Seluruh bangsa dirujuk sebagai anak-anak, atau
anak-anak Tuhan. Contohnya meliputi:
Genesis 6:2, “Bahwa anak-anak
Tuhan melihat anak-anak perempuan…”
Genesis 6:4, “Ada raksasa-raksasa
di bumi pada hari-hari itu, juga setelahnya, ketika anak-anak Tuhan mendatangi
anak-anak perempuan…”
Deutoronomy 14:1, “Kalian adalah
anak-anak Tuhan kalian.”
Yakub 1:6, “Kini ada hari dimana
anak-anak Tuhan menghadapkan dirinya kepada Tuhan…”
Yakub 2:1, “Lagi-lagi ada hari
dimana anak-anak Tuhan menghadapkan dirinya kepada Tuhan…”
Yakub 38:7, “Ketika bintang-bintang
pagi bersenandung bersama, dan semua anak-anak Tuhan berteriak kegirangan?”
Philippians 2:15, “sehingga kalian
bebas dari tuduhan dan aman, anak-anak Tuhan tanpa kesalahan di tengah-tengah
generasi yang sesat dan jahat…”
I John 3:1-2, “Perhatikanlah
bagaimana kasih Bapak dikaruniakan kepada kita, sehingga kita harus dipanggil
sebagai anak-anak Tuhan! … Kasih, kini kita adalah anak-anak Tuhan…”
Dalam Matius 5:9 Yesus berkata, “Diberkati mereka
para pembuat kedamaian, karena mereka akan dipanggil sebagai anak-anak Tuhan.”
Kemudian dalam Matius 5:45, Yesus menerangkan kepada para pengikutnya tentang pencapaian
atribut-atribut mulia, “sehingga kalian mungkin menjadi anak-anak dari Bapak di
Surga.” Tidak eksklusif sebagai Bapak beliau,
melainkan Bapak mereka…
Catatan kaki:
[1} Werblowsky, R.J.
Zwi dan Geoffrey Wigoder (kepala editor), 1997, The Oxford Dictionary of the Jewish Religion, Oxford University
Press, hal. 653.
[2] Hastings, James, Dictionary of The Bible, hal. 143
Komentar
Posting Komentar
Silakan tuliskan komentar Anda