Langsung ke konten utama

Mengenal Diri - 7



PRINSIP-PRINSIP DASAR

Sumber:           KNOW YOURSELF  Karya: AHMED HULUSI
Alih Bahasa: T. J. Sagwiangsa


Berikut adalah beberapa tukilan dari Kitab Suci Al-Qur’an dan sabda Nabi Muhammad yang akan menjadi penerang pada bahasan kita.

1) ‘Allah ada secara kekal dan tak ada sesuatu pun bersama Dia. Sungguh, “sekarang” ini adalah “waktunya”! Tradisi Suci (Hadith) yang disampaikan Sayyidina Ali

2) ‘Siapa yang mengenal dirinya, akan mengenal Pemeliharanya.’ (Hadith)

3) ‘Manusia kini sedang tidur dan ketika mati mereka bangun.’ (Hadith)

4) ‘Mati lah sebelum kematian mendatangimu.’ (Hadith)

5) HU adalah yang Pertama (Al-Awwal) dan Terakhir (Al-Akhir), yang Wujud (Az-Zahir) dan Tersembunyi (Al-Batin)… [57.Al-Hadid: 3]

6) Dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, melainkan Allah yang Melempar [8. Al-Anfal: 17]

7) Dan Kami telah menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu di antaranya dalam Kebenaran. [15. Al-Hijr: 85]

8) Dan dalam dirimu sendiri (realitas hakikimu). Tidakkah engkau melihat (berpikir)? [51. Adh-Dhariyat: 21]

9) Kemana pun engkau menghadap, di situ ada Wajah Allah (perwujudan Nama-nama Allah). [2. Al-Baqara: 115]

10) Allah (Nama-nama dalam esensi manusia) menunjuki kepada cahayaNya (ilmu mengenai realitasNya) kepada siapa yang dikehendakiNya. [24. An-Nur: 35]

11) …dan Dia besertamu dimana pun kamu berada (karena Dia mewujud melalui Nama-nama dalam esensimu) *57. Al-Hadid: 4]

12) Katakanlah, "Allah” Kemudian tinggalkan lah mereka bermain-main dalam kesesatan mereka. Al-An’am: 91+

13) Sungguh, Allah melakukan kehendakNya (Dia mewujudkan IlmuNya dengan KekuasaanNya; Ilmu – Kehendak – Kekuasaan). [22. Al-Hajj: 14]

14) Dia tidak ditanya (diminta pertanggungjawaban) mengenai apa yang Dia perbuat [21. Al-Anbiya: 23]

15) ‘Jika engkau telah melihatku, engkau telah melihat Kebenaran.’ (Hadith)

16) ‘Aku melihat Pemelihara (Rabb) ku dalam bentuk anak muda yang terbaik.’ (Hadith)

17) “Dan siapa yang buta (dari realitas) dalam kehidupan ini akan buta pula di (keberadaan tak berhingga) Akhirat…” *17. Al-Isra: 72]

18) Allah memilih bagiNya siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki kepada kebenaran siapa yang meminta kepadaNya [42. Ash-Shura: 13]

19) Tak ada satu mahluk melata pun melainkan Dia memegang ubun-ubunnya (otak; pemrograman otak dengan nama Al-Fatir) [11. Hud: 56]

20) Dan Pemeliharamu menciptakan apa yang DikehendakiNya dan Dipilihnya; mereka tak punya pilihan [28. Al-Qasas: 68]

21) ‘Cara apapun yyang engkau inginkan untuk kehidupanmu, engkau akan mati dengan cara yang sama, dan keadaan apapun yang menjadi kebiasaanmu sebelum mati, maka engkau akan dikumpulkan dan dibangkitkan dalam keadaan yang sama.’ (Hadith)

22) ‘Tanamkan Sifat-sifat Agung dalam dirimu dengan meningkatkan moralmu dengan moralitas Allah.’ (Hadith)

Kebenaran (Haqiqat) adalah fenomena yang hanya dapat dilihat ketika hidup di dunia. Mereka yang sudah meninggal tanpa mengalaminya di dunia ini tak kan pernah dapat mencapai realitas ini setelah mati, Keadaan mereka yang tertutup ini kan berlanjut kekal.

Untuk alasan inilah, daripada beranggapan bahwa ada tuhan nun jauh di sana, tinggalkan dirimu sendiri dan bergeraklah menuju Takdir Agung dan tunjukkan keridaanmu untuk mewujudkan Kehendak Agung karena inilah bentuk tindakan terbaik yang mesti diambil untuk membersihkan hatimu dari semua kemungkinan pengaruh politeisme (Syirik). Jadi, realisasikan dirimu sebagai ‘pelayan Allah’ atau lepaskan dunia ini sebagai ‘pelayan Tuhan’!

Tujuan utama di balik penerapan semua Hukum Islami (Syariat) juga Jalan Spiritual (Tariqat) pada akhirnya adalah mencapai kebijaksanaan Kebenaran (Haqiqat) yang akan membawa pencari ke arah kesadaran Ma’rifat, cara yang lebih tinggi untuk mengetahui puncak tujuan.

Namun jika jalan spiritual yang Anda ikuti tidak bisa memberikan keutamaan spiritual ini, dan sebagai akibatnya Anda tak bisa mencapai kebijaksanaan Kebenaran, maka jalan yang Anda ambil sungguh telah kehilangan nilai spiritualnya. Ini berarti bahwa jika jalan spiritual yang Anda praktekan tidak memurnikan jiwa Anda dan tidak membuat Anda mencapai Kebahagiaan Agung, maka ia bukan jalan spiritual sama sekali. Tidak lebih dari sebuah klub Sufi religius.

Cahaya (Nur) adalah qualitas yang akan menerangi jiwa Anda dan memungkinkan Anda mencapai kesempurnaan spiritual dengan memurnikan diri anda sendiri dari nilai-nilai pertimbangan Anda, perasaan-perasaan dan keadaan-keadaan Anda. Dengan cara ini, Anda akan menilai segala sesuatu seperti Allah, bukannya seperti manusia.

Kecuali jika anda melawan rasa takut Anda, Anda tidak akan dapat keluar dari kungkungan ilusi. Karenanya, jika Kesatuan (Wahdat) tidak sepenuhnya dialami, maka melepaskan diri dari asumsi-asumsi ini tak kan mungkin. Siapa pun yang mengakhiri ilusi-ilusi persepsi diri tanpa merealisasikan Allah akan menjadi Firaun. Dalam istilah Sufi, firaun adalah individu yang menjalani hidupnya ugal-ugalan dan tak bertanggungjawab karena di bawah pengaruh godaan yang berkaitan dengan hasrat-hasrat jasmaniah.
Namun, mereka yang mampu menemukan Allah di dalam jiwa mereka akan benar-benar terbebaskan, sebab mereka tidak lagi menderita karena hasrat-hasrat untuk memperoleh keuntungan pribadi.

Memperkaya jiwa dengan moralitas Allah adalah memurnikan diri sendiri dari semua perasaan dan penilaian pribadi sedemikian rupa sehingga kita berpikir seperti Allah dan menilai segala hal seperti Dia.

Konsep menghilangkan diri di dalam Allah (Fanafillah), yang menunjuk pada hilangnya diri dalam Allah atau menjadi hilang di dalam esensi Allah benar-benar tak bermakna. Ini karena tidak adanya keberadaan kedua, karena Allah lah satu-satunya keberadaan. Oleh karena itu, pelenyapan berdasarkan keberadaan ke dua tak kan pernah terjadi.

Mengingat realitas ini, Anda dapat beranggapan bahwa Anda adalah individu yang memiliki kepribadian sendiri dan terpisah dari Allah. Namun, pada kenyataannya Dia yang Esa dan satu-satunya Keberadaan kekal tang ada, dan anda tak pernah ada sama sekali. Agar mencapai kesempurnaan spiritual, Anda harus berusaha mencari pengetahuan sejati sehingga pada akhirnya Anda dapat memahami realitas ini dan merasakan akibat baiknya dalam diri Anda.

Namun, jika Anda meyakini bahwa diri Anda adalah entitas yang tiada, maka orang yang Anda hadapi pun sama menjadi tiada, Jika demikian, Dapatkah Anda merealisasikan bahwa hanya ada Satu Kebenaran Sejati yang nampak dalam semua perwujudan, dan menerima Realitas Tertinggi ini dengan menjalankan toleransi tinggi kepada setiap mahluk yang Anda hadapi? Ataukah Anda akan menolak Keberadaan Tertinggi yang sepenuhnya Anda alami dan kemudia meninggalkan dunia ini dalam pikiran seperti ini, seperti halnya orang banyak yang meninggalkan dunia ini sebagai individu-individu yang buta?

Kini coba renungkan realitas ini: Dengan semua Sifat-sifat Agung yang tak terhitung yang Dia wujudkan, dapatkah Anda bayangkan siapa Pemilik Agung di balik semua keberadaan ini, yang menciptakan dengan kehendakNya sendiri dan mewujudkan setiap Kualitas dengan beragam Nama di setiap waktunya? Andakah pemilik potensi agung ini ataukah Dia yang Esa? Jika jawaban Anda adalah Dia yang Esa, semoga Allah senang kepada Anda. Namun jika jawaban Anda adalah diri anda sendiri, apakah Anda puas dengan perbuatan-perbuatan anda? Apakah perbuatan dan pikiran Anda sungguh patut?

Seseorang yang telah naik ke tingkat kesadaran tertinggi akan cenderung tak memiliki kawan untuk berbagi mengenai pemahaman mendalam seperti ini.

Untuk melihat keserbaragaman dalam samudera kesatuan yang meliputi segalanya merupakan kualitas yang diberikan kepada orang-orang yang dapat merenungkan seluruh ciptaan melalui mata Esensi Agung yang Esa. Mereka dapat mengenali kehadiran Allah pada setiap mahluk tunggal yang dipandangnya dan mereka mencapainya dengan memandang segala sesuatu dari puncak piramidnya, bukan dari dasarnya. 
 Sesungguhnya, ini adalah keadaan kesadaran yang hanya dapat dicapai oleh mereka yang memiliki keyakinan dan kepastian. Agar dapat meningkat kepada kesadaran tingkat tertinggi ini, seseorang dapat juga memandang dari dasar ke puncak piramid; yakni, dari bidang keberadaan yang mewujud dalam dunia fisik menuju ketiadaan. Ini menunjukkan bahwa Dia yang Absolut Kekal yang merupakan Esensi dari Kesatuan yang meliputi mewujudkan DiriNya melalui Nama-nama dan Sifat-sifatNya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bentuk Bumi Dalam Qur'an

Bentuk Bumi Bulat (Arti Kata KAWARA dan DAHAHA) Dahulu kala, orang percaya bahwa bumi datar. Berabad-abad, manusia takut untuk bepergian terlalu jauh, jika melanggar maka akan terjatuh di pinggiran bumi. Sir Francis Drake adalah orang pertama yang membuktikan bahwa bumi bulat setelah berlayar mengitarinya di tahun 1597. Perhatikan ayat Quran tentang perubahan siang dan malam. "Tidakkah engkau melihat bahwa Allah memasukkan malam kedalam siang dan memasukkan siang kepada malam?"[Al-Qur'an 31:29] Kata 'memasukkan' disini mengandung pengertian bahwa malam secara perlahan berubah kedalam siang, demikian pula sebaliknya.Fenomena ini hanya bisa terjadi jika bumi berbentuk bulat. Jika bumi datar, maka perubahan antara siang dan malam akan seketika, tidak perlahan-lahan.      Ayat berikut juga menyinggung bahwa bentuk bumi bulat. "Dia ciptakan langit dan bumi dengan benar. Dia menggulungkan malam pada siang, dan menggulungkan siang atas malam ."[Al-Qur'

Gunung Sebagai Pasak

Ayat Al-Quran Tentang Gunung: Sumber: www.islam-guide.com Alih Bahasa: T.J. Sagwiangsa Sebuah buku yang berjudul Earth  merupakan textbook rujukan mendasar di banyak universitas di seluruh dunia.  Salah seorang pengarangnya adalah Professor Emeritus Frank Press.  Dia merupakan Penasehat Sains bagi Presiden Amerika Serikat terdahulu Jimmy Carter, dan menjabat selama 12 tahun sebagai Direktur di National Academy of Sciences, Washington, DC. Bukunya menyatakan bahwa gunung-gunung memiliki akar di bawahnya. 1   Akar-akar ini tertancap dalam di dalam tanah, karenanya, gunung-gunung memliki bentuk seperti sebuah pasak  (lihat Gambar 7, 8, dan 9).   Gambar 7:  Gunung-gunung memiliki akar yang dalam di bawah permukaan tanah. ( Earth , Press dan Siever, hal. 413.) Gambar 8:  Penampang skematik.  Gunung-gunung, seperti halnya pasak, memiliki akar yang tertancap di dalam tanah ( Anatomy of the

Siapa Pengarang Perjanjian Baru?

Kitab Perjanjian Baru Alih bahasa dari: The New Testament Oleh: Dr. Lawrence Brown, M.D. www.TrueToJesus.com Keduanya membaca Al Kitab siang dan malam, Yang kaubaca hitam sedangkan bagiku putih -          Mark Twain, Letters from Earth, Vol. II Tentu saja, sikap sentimen Blake di atas bukan sesuatu yang baru. Kitab Perjanjian Baru mengandung banyak ketidakkonsistenan yang menelurkan beragam interpretasi, keyakinan, agama yang memusingkan, yang kesemuanya dinyatakan berlandaskan Al Kitab. Dan kita pun menemukan satu pengarang yang mengusulkan hasil pengamatan yang menghibur: Anda bisa dan tidak bisa, Anda harus dan tidak harus, Anda akan dan tidak akan, Dan Anda akan dikutuk jika Anda melakukannya, Dan Anda akan dikutuk jika Anda tidak melakukannya.[1] Mengapa banyak ragam sudut-pandang? Pertama, kelompok-kelompok teologi yang berbeda berselisih pendapat mengenai kitab yang mana yang harus dimasukkan kedalam Al-Kitab. Naskah apokrip (tak jelas siapa