PRINSIP-PRINSIP DASAR
Sumber: KNOW YOURSELF Karya:
AHMED HULUSI
Alih Bahasa: T. J. Sagwiangsa
Berikut
adalah beberapa tukilan dari Kitab Suci Al-Qur’an dan sabda Nabi Muhammad yang
akan menjadi penerang pada bahasan kita.
1) ‘Allah ada
secara kekal dan tak ada sesuatu pun bersama Dia. Sungguh, “sekarang” ini
adalah “waktunya”! Tradisi Suci (Hadith) yang disampaikan Sayyidina Ali
2) ‘Siapa
yang mengenal dirinya, akan mengenal Pemeliharanya.’ (Hadith)
3) ‘Manusia
kini sedang tidur dan ketika mati mereka bangun.’ (Hadith)
4) ‘Mati lah
sebelum kematian mendatangimu.’ (Hadith)
5) HU adalah yang Pertama (Al-Awwal) dan
Terakhir (Al-Akhir), yang Wujud (Az-Zahir) dan Tersembunyi (Al-Batin)…
[57.Al-Hadid: 3]
6) Dan bukan engkau yang melempar
ketika engkau melempar, melainkan Allah yang Melempar [8. Al-Anfal: 17]
7) Dan Kami telah menciptakan langit
dan bumi serta segala sesuatu di antaranya dalam Kebenaran. [15. Al-Hijr: 85]
8) Dan dalam dirimu sendiri (realitas
hakikimu). Tidakkah engkau melihat (berpikir)? [51. Adh-Dhariyat: 21]
9) Kemana pun engkau menghadap, di
situ ada Wajah Allah (perwujudan Nama-nama Allah). [2. Al-Baqara: 115]
10) Allah (Nama-nama dalam esensi manusia)
menunjuki kepada cahayaNya (ilmu mengenai realitasNya) kepada siapa yang
dikehendakiNya. [24. An-Nur: 35]
11) …dan Dia besertamu dimana pun
kamu berada (karena Dia mewujud melalui Nama-nama dalam esensimu) *57.
Al-Hadid: 4]
12) Katakanlah, "Allah” Kemudian
tinggalkan lah mereka bermain-main dalam kesesatan mereka. Al-An’am: 91+
13) Sungguh, Allah melakukan
kehendakNya (Dia mewujudkan IlmuNya dengan KekuasaanNya; Ilmu – Kehendak – Kekuasaan).
[22. Al-Hajj: 14]
14) Dia tidak ditanya (diminta pertanggungjawaban)
mengenai apa yang Dia perbuat [21. Al-Anbiya: 23]
15) ‘Jika
engkau telah melihatku, engkau telah melihat Kebenaran.’ (Hadith)
16) ‘Aku
melihat Pemelihara (Rabb) ku dalam bentuk anak muda yang terbaik.’ (Hadith)
17) “Dan siapa yang buta (dari
realitas) dalam kehidupan ini akan buta pula di (keberadaan tak berhingga) Akhirat…”
*17. Al-Isra: 72]
18) Allah memilih bagiNya siapa yang
Dia kehendaki dan menunjuki kepada kebenaran siapa yang meminta kepadaNya [42.
Ash-Shura: 13]
19) Tak ada satu mahluk melata pun
melainkan Dia memegang ubun-ubunnya (otak; pemrograman otak dengan nama
Al-Fatir) [11. Hud: 56]
20) Dan Pemeliharamu menciptakan apa
yang DikehendakiNya dan Dipilihnya; mereka tak punya pilihan [28. Al-Qasas: 68]
21) ‘Cara
apapun yyang engkau inginkan untuk kehidupanmu, engkau akan mati dengan cara
yang sama, dan keadaan apapun yang menjadi kebiasaanmu sebelum mati, maka
engkau akan dikumpulkan dan dibangkitkan dalam keadaan yang sama.’ (Hadith)
22) ‘Tanamkan
Sifat-sifat Agung dalam dirimu dengan meningkatkan moralmu dengan moralitas
Allah.’ (Hadith)
Kebenaran
(Haqiqat) adalah fenomena yang hanya dapat dilihat ketika hidup di dunia.
Mereka yang sudah meninggal tanpa mengalaminya di dunia ini tak kan pernah
dapat mencapai realitas ini setelah mati, Keadaan mereka yang tertutup ini kan
berlanjut kekal.
Untuk alasan
inilah, daripada beranggapan bahwa ada tuhan nun jauh di sana, tinggalkan
dirimu sendiri dan bergeraklah menuju Takdir Agung dan tunjukkan keridaanmu
untuk mewujudkan Kehendak Agung karena inilah bentuk tindakan terbaik yang
mesti diambil untuk membersihkan hatimu dari semua kemungkinan pengaruh
politeisme (Syirik). Jadi, realisasikan dirimu sebagai ‘pelayan Allah’ atau
lepaskan dunia ini sebagai ‘pelayan Tuhan’!
Tujuan utama
di balik penerapan semua Hukum Islami (Syariat) juga Jalan Spiritual (Tariqat)
pada akhirnya adalah mencapai kebijaksanaan Kebenaran (Haqiqat) yang akan
membawa pencari ke arah kesadaran Ma’rifat, cara yang lebih tinggi untuk
mengetahui puncak tujuan.
Namun jika
jalan spiritual yang Anda ikuti tidak bisa memberikan keutamaan spiritual ini,
dan sebagai akibatnya Anda tak bisa mencapai kebijaksanaan Kebenaran, maka
jalan yang Anda ambil sungguh telah kehilangan nilai spiritualnya. Ini berarti
bahwa jika jalan spiritual yang Anda praktekan tidak memurnikan jiwa Anda dan
tidak membuat Anda mencapai Kebahagiaan Agung, maka ia bukan jalan spiritual
sama sekali. Tidak lebih dari sebuah klub Sufi religius.
Cahaya (Nur)
adalah qualitas yang akan menerangi jiwa Anda dan memungkinkan Anda mencapai
kesempurnaan spiritual dengan memurnikan diri anda sendiri dari nilai-nilai
pertimbangan Anda, perasaan-perasaan dan keadaan-keadaan Anda. Dengan cara ini,
Anda akan menilai segala sesuatu seperti Allah, bukannya seperti manusia.
Kecuali jika
anda melawan rasa takut Anda, Anda tidak akan dapat keluar dari kungkungan
ilusi. Karenanya, jika Kesatuan (Wahdat) tidak sepenuhnya dialami, maka
melepaskan diri dari asumsi-asumsi ini tak kan mungkin. Siapa pun yang
mengakhiri ilusi-ilusi persepsi diri tanpa merealisasikan Allah akan menjadi
Firaun. Dalam istilah Sufi, firaun adalah individu yang menjalani hidupnya
ugal-ugalan dan tak bertanggungjawab karena di bawah pengaruh godaan yang
berkaitan dengan hasrat-hasrat jasmaniah.
Namun,
mereka yang mampu menemukan Allah di dalam jiwa mereka akan benar-benar
terbebaskan, sebab mereka tidak lagi menderita karena hasrat-hasrat untuk
memperoleh keuntungan pribadi.
Memperkaya
jiwa dengan moralitas Allah adalah memurnikan diri sendiri dari semua perasaan
dan penilaian pribadi sedemikian rupa sehingga kita berpikir seperti Allah dan
menilai segala hal seperti Dia.
Konsep
menghilangkan diri di dalam Allah (Fanafillah), yang menunjuk pada hilangnya
diri dalam Allah atau menjadi hilang di dalam esensi Allah benar-benar tak
bermakna. Ini karena tidak adanya keberadaan kedua, karena Allah lah
satu-satunya keberadaan. Oleh karena itu, pelenyapan berdasarkan keberadaan ke
dua tak kan pernah terjadi.
Mengingat
realitas ini, Anda dapat beranggapan bahwa Anda adalah individu yang memiliki
kepribadian sendiri dan terpisah dari Allah. Namun, pada kenyataannya Dia yang Esa dan satu-satunya Keberadaan kekal tang ada, dan anda tak pernah ada sama sekali. Agar mencapai kesempurnaan spiritual, Anda harus berusaha mencari pengetahuan sejati sehingga pada akhirnya Anda dapat memahami realitas ini dan merasakan akibat baiknya dalam diri Anda.
Namun, jika
Anda meyakini bahwa diri Anda adalah entitas yang tiada, maka orang yang Anda
hadapi pun sama menjadi tiada, Jika demikian, Dapatkah Anda merealisasikan
bahwa hanya ada Satu Kebenaran Sejati yang nampak dalam semua perwujudan, dan
menerima Realitas Tertinggi ini dengan menjalankan toleransi tinggi kepada
setiap mahluk yang Anda hadapi? Ataukah Anda akan menolak Keberadaan Tertinggi
yang sepenuhnya Anda alami dan kemudia meninggalkan dunia ini dalam pikiran
seperti ini, seperti halnya orang banyak yang meninggalkan dunia ini sebagai
individu-individu yang buta?
Kini coba
renungkan realitas ini: Dengan semua Sifat-sifat Agung yang tak terhitung yang
Dia wujudkan, dapatkah Anda bayangkan siapa Pemilik Agung di balik semua
keberadaan ini, yang menciptakan dengan kehendakNya sendiri dan mewujudkan
setiap Kualitas dengan beragam Nama di setiap waktunya? Andakah pemilik potensi
agung ini ataukah Dia yang Esa? Jika jawaban Anda adalah Dia yang Esa, semoga
Allah senang kepada Anda. Namun jika jawaban Anda adalah diri anda sendiri,
apakah Anda puas dengan perbuatan-perbuatan anda? Apakah perbuatan dan pikiran
Anda sungguh patut?
Seseorang
yang telah naik ke tingkat kesadaran tertinggi akan cenderung tak memiliki
kawan untuk berbagi mengenai pemahaman mendalam seperti ini.
Untuk melihat keserbaragaman dalam samudera
kesatuan yang meliputi segalanya merupakan kualitas yang diberikan kepada
orang-orang yang dapat merenungkan seluruh ciptaan melalui mata Esensi Agung
yang Esa. Mereka dapat mengenali kehadiran Allah pada setiap mahluk tunggal
yang dipandangnya dan mereka mencapainya dengan memandang segala sesuatu dari
puncak piramidnya, bukan dari dasarnya.
Sesungguhnya, ini adalah keadaan
kesadaran yang hanya dapat dicapai oleh mereka yang memiliki keyakinan dan
kepastian. Agar dapat meningkat kepada kesadaran tingkat tertinggi ini,
seseorang dapat juga memandang dari dasar ke puncak piramid; yakni, dari bidang
keberadaan yang mewujud dalam dunia fisik menuju ketiadaan. Ini menunjukkan
bahwa Dia yang Absolut Kekal yang merupakan Esensi dari Kesatuan yang meliputi
mewujudkan DiriNya melalui Nama-nama dan Sifat-sifatNya.
Komentar
Posting Komentar
Silakan tuliskan komentar Anda