CATATAN
PENTING UNTUK EDISI KE DUA:
DIMANA ‘RUH’ KITA
SEBELUM ADANYA TUBUH BIOLOGIS?
Sumber: KNOW YOURSELF Karya:
AHMED HULUSI
Alih Bahasa: T. J. Sagwiangsa
Menjawab
beragam pertanyaan yang disampaikan pembaca kami, kami menyadari bahwa beberapa
debat penting masih belum terselesaikan dan menjadi isu bagai banyak orang yang
membaca edisi pertama buku ini, juga pada buku-buku lainnya yang kami
terbitkan. Untuk alasan ini lah, kami merasa perlu untuk memberikan
penyelesaian.
Berikut
adalah debat asalnya, bermula dari ayat 172 Surat Al-Araf (Ketinggian) dari
Kitab Suci Al-Qur’an, yang memberikan penjelasan berikut tentang percakapan di
antara Pemelihara dan Ruh-ruh Manusia.
Dan
[disebutkan] ketika Pemeliharamu mengambil dari Adam, dari sulbi mereka (semen,
gen) turunan mereka dan membuat mereka bersaksi pada diri mereka sendiri,
[dikatakan kepada mereka], “Bukankah aku ini Pemelihara kalian?” dan mereka
berkata, “Ya, benar kami bersaksi!” [Mengenai ini kami mengingatkan kalian] –
kalau-kalau kalian katakan pada hari Kebangkitan, “Kami tidak mengetahui ini.”
[7. Al-A’raf: 172]
Karena arti
dari ayat suci ini dan kebenaran khusus yang hendak dijelaskan tidak sepenuhnya
dimengerti, beberapa terjemahan yang menyimpang telah tersebar dan menimbulkan
penafsiran yang benar-benar keliru dan tidak relevan, yang kesemuanya telah
menyebabkan manusia sangat salah dalam memahami masalah ini.
Berikut akar
permasalahan dari salah pemahaman ini:
Pada masa
yang dapat kita sebut ‘Sebelum-keberadaan promordial’, waktu dan tempat mistis
ketika Allah Yang Maha Kuasa membuat perjanjianNya dengan manusia dan
menciptakan ruh-ruh dari semua manusia yang ditakdirkan untuk lahir ke dunia di
suatu tempat yang sama sekali berbeda, mereka semua ditanya olehNya pertanyaan
berikut: ‘Bukankah Aku ini Pemelihara kalian?’ Ruh norang-orang yang hadir di
sana menjawab dengan kesaksian, ‘Ya, Engkau lah Pemelihara kami! Untuk ini,
kami bersaksi dengan memberikan janji teguh kami’.
Mereka yang
tidak memahami sepenuhnya masalah ini telah menyarankan bahwa ada konsep
lainnya, suatu pandangan yang tak berdasar sama sekali yang dikenal sebagai
Perjanjian Primordial di antara manusia dan Allah (Bazm-I alast), dan konsep
ini lah yang membuat mereka menyalahtafsirkan kalimat asli dari Al-Qur’an. Yang
paling penting lagi, menurut keyakinan ini, orang-orang telah berasumsi bahwa
mereka yang bertemu dan merasa dekat satu sama lain di dunia lain itu juga
dapat bertemu di dunia ini, dan mereka yang tidak bertemu, atau saling tidak
menyukai juga tidak akan pernah bertemu di dunia ini!
Ini baru sebagian. Orang-orang telah membuat banyak cerita-cerita buatan lainnya, yang semuanya didukung oleh pandangan yang tidak berdasar.
Karena itu,
sebelum kita lanjutkan, pertama-tama mari kita rangkum kebenaran dari masalah
ini dan menunjukkan bukti yang mendukungnya.
Arti
sebenarnya dari ayat ini adalah sebagai berikut:
Sesuai
dengan aturan bahwa ‘Allah menciptakan semua manusia berdasarkan sifat
spiritual Islami’, semua individu di lahirkan ke dunia ini dengan disposisi
Islami, dan bapak-bapak mereka meneruskan informasi genetik ini kepada mereka
ketika mereka masih dalam bentuk sperma. Baris yang menyatakan bahwa Pemelihara
‘telah mengambil dari sulbi mereka, benih mereka’ menekankan ketersediaan
informasi tertentu itu yang terkait dengan ‘disposisi Islami’ yang telah
diteruskan secara genetika kepada mereka melalui sperma.
Dengan kata
lain, manusia dilengkapi dengan anugrah sedemikian rupa sehingga mereka
memiliki kemampuan untuk mengetahui Pemelihara mereka secara alami, bahkan
ketika mereka masih dalam bentuk sperma dan ketika benih mereka diambil dari
sulbi mereka. Untuk alasan inilah mereka memiliki program vital yang membuatnya
mampu menyerukan, ‘Aku telah bersaksi akan keberadaan Pemeliharaku sejak hari
ketika kami mengatakan: “Ya” (Qolu Bala)’.
Pada
kenyataannya, sperma yang mengandung informasi genetik ini mulai menyusun
tubuh-setelah-hidup yang dikenal sebagai ‘JIWA’, di dalam rahim sang ibu, dan
informasi ini dihasilkan di dalam otak dalam bentuk frekuensi gelombang otak
dengan bantuan pengaruh malaikat yang berasal dari esensi diri sperma. Jiwa ini
kemudian menyimpan semua fungsi mental ini, yang dibuat dalam bentuk gelombang-gelombang,
di dalam tubuh khususnya.
Segera
setelah tubuh biologi berhenti berfungsi dan tidak digunakan lagi dengan
peristiwa yang dikenal sebagai kematian, jiwa melanjutkan kehidupannya di dunia
Isthmus (Barzakh), bersama-sama ruh, hingga Hari Kiamat. Kembali ke dunia lagi
dengan tubuh yang berbeda, atau dengan kata lain mengalami reinkarnasi
(Tanasukh), karenanya merupakan hal yang sama sekali tidak masuk akal.
Karena pada
kenyataannya kita mengetahui bahwa ruh bukanlah suatu entitas yang masuk ke
sperma dari luar, bagaimana mungkin ia dapat mengulang masuk ke tubuh lain
segera setelah keluar dari tubuh? Keadaan ini, tentunya, tak terjadi pada satu
orang pun; ini hanyalah keyakinan yang berkaitan erat dengan filosofi Hindu.
Jika kita
baca dengan teliti ayat Al-Qur’an di atas, dapat kita lihat bahwa orang-orang
telah mencoba untuk memanipulasinya sehingga memberi arti bahwa ada dunia ruh
yang berbeda yang diciptakan sebelum dunia ini. Namun, seperti dapat kita
lihat, ayat ini sebenarnya membicarakan benih-benih dari sulbi anak-anak Adam.
Benih dan sulbi merupakan isu yang berkaitan dengan dunia fisik dimana kita
hidup. Keduanya tidak berhubungan dengan alam ruh.
Kami telah
memberikan informasi yang lebih jauh mengenai masalah ini dalam buku kami yang
berjudul ‘Pikiran dan Keimanan’, dimana Anda akan menemukan informasi yang
lebih banyak bagaimana Allah telah berkomunikasi dengan para malaikat,
bagaimana Dia telah menegur manusia dengan cara ini, dan percakapan-percakapan
yang akan terjadi setelah kematian. Komentar-komentarnya diberikan dengan
menggunakan bahasa perbandingan dan metafora.
Sebagai
Kebenaran Agung Absolut dari seluruh mahluk termasuk semua manusia dan semua
malaikat, Allah sama sekali tak dapat difahami sebagai entitas yang menegur
kita dari tempat yang jauh.
Dalam
istilah Sufi, ada empat tahap kesadaran utama
yang dikenal sebagai Alam Kemanusiaan (Nasut), Alam Malaikat (Malakut),
Alam Kekuasaan Agung (Jabarut) dan
Alam Ketuhanan (Lahut). Menurut
keyakinan ini, seluruh penciptaan sepenuhnya ada dibawah realisasi dan
pengetahuan keberadaan Allah, yang berasal langsung dari dalam esensi mereka,
dan ini membuktikan bahwa Allah itu Nyata (Dzahir) dalam setiap penciptaan.
Sederhananya,
ide yang mendukung klaim bahwa ruh diciptakan di suatu tempat di masa lampau
sebelum tubuh fisik ada dan turun ke bumi satu per satu untuk memasuki tubuh
sama sekali tidak relevan. Kemudian ada yang meyakini bahwa setelah keluar dari
tubuh (kematian), ruh dapat kembali ke dunia untuk hidup di dalam tubuh yang
lain. Ini semata cerita yang dibuat-buat dan penuh tahayul serta telah
menyebabkan banyak kesalahfahaman.
Di dalam
bukunya yang berjudul ‘Taman Para Pencari’ (Rawdat At-Talibiin), ahli mistik
terkenal Imam Ghazali menyatakan hal berikut mengenai masalah ini:
‘Karena ruh
Rasulullah Muhammad SAW belum diciptakan, maka ruhnya belum ada sebelum beliau
dilahirkan oleh ibundanya!’
Jika Anda
ingin mengetahui lebih jauh mengenai masalah ini secara rinci, Anda dapat
membaca halaman terkait dari buku kami yang berjudul ‘Apa yang diungkapkan
Muhammad?’
Bagi mereka
yang mencari informasi lebih jauh yang menguatkan penjelasan-penjelasan kami
secara rinci, silakan membaca jilid ke-4, halaman 2324 dari buku yang berjudul
‘Penafsiran Al-Quran’ karangan sarjana terkemuka dari Turki, Mr. Hamdi Yazir
dari Emali, yang merupakan buku komentar yang paling lengkap dan terpercaya
yang pernah diterbitkan. Anda juga dapat menggali masalah ini pada buku yang
berjudul ‘Tafsir Kontemporer dari Al-Qur’anul Karim’ jilid ke-3 karya Mr.
Suleiman ates.
Komentar
Posting Komentar
Silakan tuliskan komentar Anda