Langsung ke konten utama

Mengenal Diri - 5



CATATAN PENTING UNTUK EDISI KE DUA:
DIMANA ‘RUH’ KITA SEBELUM ADANYA TUBUH BIOLOGIS?

Sumber:           KNOW YOURSELF  Karya: AHMED HULUSI
Alih Bahasa: T. J. Sagwiangsa


Menjawab beragam pertanyaan yang disampaikan pembaca kami, kami menyadari bahwa beberapa debat penting masih belum terselesaikan dan menjadi isu bagai banyak orang yang membaca edisi pertama buku ini, juga pada buku-buku lainnya yang kami terbitkan. Untuk alasan ini lah, kami merasa perlu untuk memberikan penyelesaian.

Berikut adalah debat asalnya, bermula dari ayat 172 Surat Al-Araf (Ketinggian) dari Kitab Suci Al-Qur’an, yang memberikan penjelasan berikut tentang percakapan di antara Pemelihara dan Ruh-ruh Manusia.
Dan [disebutkan] ketika Pemeliharamu mengambil dari Adam, dari sulbi mereka (semen, gen) turunan mereka dan membuat mereka bersaksi pada diri mereka sendiri, [dikatakan kepada mereka], “Bukankah aku ini Pemelihara kalian?” dan mereka berkata, “Ya, benar kami bersaksi!” [Mengenai ini kami mengingatkan kalian] – kalau-kalau kalian katakan pada hari Kebangkitan, “Kami tidak mengetahui ini.” [7. Al-A’raf: 172]

Karena arti dari ayat suci ini dan kebenaran khusus yang hendak dijelaskan tidak sepenuhnya dimengerti, beberapa terjemahan yang menyimpang telah tersebar dan menimbulkan penafsiran yang benar-benar keliru dan tidak relevan, yang kesemuanya telah menyebabkan manusia sangat salah dalam memahami masalah ini.
Berikut akar permasalahan dari salah pemahaman ini:

Pada masa yang dapat kita sebut ‘Sebelum-keberadaan promordial’, waktu dan tempat mistis ketika Allah Yang Maha Kuasa membuat perjanjianNya dengan manusia dan menciptakan ruh-ruh dari semua manusia yang ditakdirkan untuk lahir ke dunia di suatu tempat yang sama sekali berbeda, mereka semua ditanya olehNya pertanyaan berikut: ‘Bukankah Aku ini Pemelihara kalian?’ Ruh norang-orang yang hadir di sana menjawab dengan kesaksian, ‘Ya, Engkau lah Pemelihara kami! Untuk ini, kami bersaksi dengan memberikan janji teguh kami’.

Mereka yang tidak memahami sepenuhnya masalah ini telah menyarankan bahwa ada konsep lainnya, suatu pandangan yang tak berdasar sama sekali yang dikenal sebagai Perjanjian Primordial di antara manusia dan Allah (Bazm-I alast), dan konsep ini lah yang membuat mereka menyalahtafsirkan kalimat asli dari Al-Qur’an. Yang paling penting lagi, menurut keyakinan ini, orang-orang telah berasumsi bahwa mereka yang bertemu dan merasa dekat satu sama lain di dunia lain itu juga dapat bertemu di dunia ini, dan mereka yang tidak bertemu, atau saling tidak menyukai juga tidak akan pernah bertemu di dunia ini!

Ini baru sebagian. Orang-orang telah membuat banyak cerita-cerita buatan lainnya, yang semuanya didukung oleh pandangan yang tidak berdasar.

Karena itu, sebelum kita lanjutkan, pertama-tama mari kita rangkum kebenaran dari masalah ini dan menunjukkan bukti yang mendukungnya.

Arti sebenarnya dari ayat ini adalah sebagai berikut:

Sesuai dengan aturan bahwa ‘Allah menciptakan semua manusia berdasarkan sifat spiritual Islami’, semua individu di lahirkan ke dunia ini dengan disposisi Islami, dan bapak-bapak mereka meneruskan informasi genetik ini kepada mereka ketika mereka masih dalam bentuk sperma. Baris yang menyatakan bahwa Pemelihara ‘telah mengambil dari sulbi mereka, benih mereka’ menekankan ketersediaan informasi tertentu itu yang terkait dengan ‘disposisi Islami’ yang telah diteruskan secara genetika kepada mereka melalui sperma.

Dengan kata lain, manusia dilengkapi dengan anugrah sedemikian rupa sehingga mereka memiliki kemampuan untuk mengetahui Pemelihara mereka secara alami, bahkan ketika mereka masih dalam bentuk sperma dan ketika benih mereka diambil dari sulbi mereka. Untuk alasan inilah mereka memiliki program vital yang membuatnya mampu menyerukan, ‘Aku telah bersaksi akan keberadaan Pemeliharaku sejak hari ketika kami mengatakan: “Ya” (Qolu Bala)’.

Pada kenyataannya, sperma yang mengandung informasi genetik ini mulai menyusun tubuh-setelah-hidup yang dikenal sebagai ‘JIWA’, di dalam rahim sang ibu, dan informasi ini dihasilkan di dalam otak dalam bentuk frekuensi gelombang otak dengan bantuan pengaruh malaikat yang berasal dari esensi diri sperma. Jiwa ini kemudian menyimpan semua fungsi mental ini, yang dibuat dalam bentuk gelombang-gelombang, di dalam tubuh khususnya.

Segera setelah tubuh biologi berhenti berfungsi dan tidak digunakan lagi dengan peristiwa yang dikenal sebagai kematian, jiwa melanjutkan kehidupannya di dunia Isthmus (Barzakh), bersama-sama ruh, hingga Hari Kiamat. Kembali ke dunia lagi dengan tubuh yang berbeda, atau dengan kata lain mengalami reinkarnasi (Tanasukh), karenanya merupakan hal yang sama sekali tidak masuk akal.

Karena pada kenyataannya kita mengetahui bahwa ruh bukanlah suatu entitas yang masuk ke sperma dari luar, bagaimana mungkin ia dapat mengulang masuk ke tubuh lain segera setelah keluar dari tubuh? Keadaan ini, tentunya, tak terjadi pada satu orang pun; ini hanyalah keyakinan yang berkaitan erat dengan filosofi Hindu.

Jika kita baca dengan teliti ayat Al-Qur’an di atas, dapat kita lihat bahwa orang-orang telah mencoba untuk memanipulasinya sehingga memberi arti bahwa ada dunia ruh yang berbeda yang diciptakan sebelum dunia ini. Namun, seperti dapat kita lihat, ayat ini sebenarnya membicarakan benih-benih dari sulbi anak-anak Adam. Benih dan sulbi merupakan isu yang berkaitan dengan dunia fisik dimana kita hidup. Keduanya tidak berhubungan dengan alam ruh.

Kami telah memberikan informasi yang lebih jauh mengenai masalah ini dalam buku kami yang berjudul ‘Pikiran dan Keimanan’, dimana Anda akan menemukan informasi yang lebih banyak bagaimana Allah telah berkomunikasi dengan para malaikat, bagaimana Dia telah menegur manusia dengan cara ini, dan percakapan-percakapan yang akan terjadi setelah kematian. Komentar-komentarnya diberikan dengan menggunakan bahasa perbandingan dan metafora.

Sebagai Kebenaran Agung Absolut dari seluruh mahluk termasuk semua manusia dan semua malaikat, Allah sama sekali tak dapat difahami sebagai entitas yang menegur kita dari tempat yang jauh.

Dalam istilah Sufi, ada empat tahap kesadaran utama  yang dikenal sebagai Alam Kemanusiaan (Nasut), Alam Malaikat (Malakut), Alam Kekuasaan Agung (Jabarut) dan Alam Ketuhanan (Lahut). Menurut keyakinan ini, seluruh penciptaan sepenuhnya ada dibawah realisasi dan pengetahuan keberadaan Allah, yang berasal langsung dari dalam esensi mereka, dan ini membuktikan bahwa Allah itu Nyata (Dzahir) dalam setiap penciptaan.

Sederhananya, ide yang mendukung klaim bahwa ruh diciptakan di suatu tempat di masa lampau sebelum tubuh fisik ada dan turun ke bumi satu per satu untuk memasuki tubuh sama sekali tidak relevan. Kemudian ada yang meyakini bahwa setelah keluar dari tubuh (kematian), ruh dapat kembali ke dunia untuk hidup di dalam tubuh yang lain. Ini semata cerita yang dibuat-buat dan penuh tahayul serta telah menyebabkan banyak kesalahfahaman.

Di dalam bukunya yang berjudul ‘Taman Para Pencari’ (Rawdat At-Talibiin), ahli mistik terkenal Imam Ghazali menyatakan hal berikut mengenai masalah ini:

‘Karena ruh Rasulullah Muhammad SAW belum diciptakan, maka ruhnya belum ada sebelum beliau dilahirkan oleh ibundanya!’

Jika Anda ingin mengetahui lebih jauh mengenai masalah ini secara rinci, Anda dapat membaca halaman terkait dari buku kami yang berjudul ‘Apa yang diungkapkan Muhammad?’

Bagi mereka yang mencari informasi lebih jauh yang menguatkan penjelasan-penjelasan kami secara rinci, silakan membaca jilid ke-4, halaman 2324 dari buku yang berjudul ‘Penafsiran Al-Quran’ karangan sarjana terkemuka dari Turki, Mr. Hamdi Yazir dari Emali, yang merupakan buku komentar yang paling lengkap dan terpercaya yang pernah diterbitkan. Anda juga dapat menggali masalah ini pada buku yang berjudul ‘Tafsir Kontemporer dari Al-Qur’anul Karim’ jilid ke-3 karya Mr. Suleiman ates.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bentuk Bumi Dalam Qur'an

Bentuk Bumi Bulat (Arti Kata KAWARA dan DAHAHA) Dahulu kala, orang percaya bahwa bumi datar. Berabad-abad, manusia takut untuk bepergian terlalu jauh, jika melanggar maka akan terjatuh di pinggiran bumi. Sir Francis Drake adalah orang pertama yang membuktikan bahwa bumi bulat setelah berlayar mengitarinya di tahun 1597. Perhatikan ayat Quran tentang perubahan siang dan malam. "Tidakkah engkau melihat bahwa Allah memasukkan malam kedalam siang dan memasukkan siang kepada malam?"[Al-Qur'an 31:29] Kata 'memasukkan' disini mengandung pengertian bahwa malam secara perlahan berubah kedalam siang, demikian pula sebaliknya.Fenomena ini hanya bisa terjadi jika bumi berbentuk bulat. Jika bumi datar, maka perubahan antara siang dan malam akan seketika, tidak perlahan-lahan.      Ayat berikut juga menyinggung bahwa bentuk bumi bulat. "Dia ciptakan langit dan bumi dengan benar. Dia menggulungkan malam pada siang, dan menggulungkan siang atas malam ."[Al-Qur'

Gunung Sebagai Pasak

Ayat Al-Quran Tentang Gunung: Sumber: www.islam-guide.com Alih Bahasa: T.J. Sagwiangsa Sebuah buku yang berjudul Earth  merupakan textbook rujukan mendasar di banyak universitas di seluruh dunia.  Salah seorang pengarangnya adalah Professor Emeritus Frank Press.  Dia merupakan Penasehat Sains bagi Presiden Amerika Serikat terdahulu Jimmy Carter, dan menjabat selama 12 tahun sebagai Direktur di National Academy of Sciences, Washington, DC. Bukunya menyatakan bahwa gunung-gunung memiliki akar di bawahnya. 1   Akar-akar ini tertancap dalam di dalam tanah, karenanya, gunung-gunung memliki bentuk seperti sebuah pasak  (lihat Gambar 7, 8, dan 9).   Gambar 7:  Gunung-gunung memiliki akar yang dalam di bawah permukaan tanah. ( Earth , Press dan Siever, hal. 413.) Gambar 8:  Penampang skematik.  Gunung-gunung, seperti halnya pasak, memiliki akar yang tertancap di dalam tanah ( Anatomy of the

Siapa Pengarang Perjanjian Baru?

Kitab Perjanjian Baru Alih bahasa dari: The New Testament Oleh: Dr. Lawrence Brown, M.D. www.TrueToJesus.com Keduanya membaca Al Kitab siang dan malam, Yang kaubaca hitam sedangkan bagiku putih -          Mark Twain, Letters from Earth, Vol. II Tentu saja, sikap sentimen Blake di atas bukan sesuatu yang baru. Kitab Perjanjian Baru mengandung banyak ketidakkonsistenan yang menelurkan beragam interpretasi, keyakinan, agama yang memusingkan, yang kesemuanya dinyatakan berlandaskan Al Kitab. Dan kita pun menemukan satu pengarang yang mengusulkan hasil pengamatan yang menghibur: Anda bisa dan tidak bisa, Anda harus dan tidak harus, Anda akan dan tidak akan, Dan Anda akan dikutuk jika Anda melakukannya, Dan Anda akan dikutuk jika Anda tidak melakukannya.[1] Mengapa banyak ragam sudut-pandang? Pertama, kelompok-kelompok teologi yang berbeda berselisih pendapat mengenai kitab yang mana yang harus dimasukkan kedalam Al-Kitab. Naskah apokrip (tak jelas siapa