Langsung ke konten utama

Perkembangan Embrio Manusia



Quran Mengenai Perkembangan Embrio Manusia:

Sumber: http://www.islam-guide.com/frm-ch1-1-a.htm
Di dalam Kitab Suci Al-Qur’an, Tuhan berfirman mengenai tahap-tahap perkembangan embrio manusia:
 

Kami ciptakan manusia dari saripati tanah.  Kemudian Kami membuatnya sebagai nutfah (tetesan) di tempat yang kokoh. Kemudian tetesan itu Kami jadikan alaqah (lintah, benda yang bergantung, secuil darah), kemudian alaqah itu Kami jadikan mudgoh (benda yang dikunyah) 1 (Quran, 23:12-14)

Secara literal, kata Arab untuk alaqah memiliki tiga arti: (1) lintah, (2) benda yang bergantung, dan (3) secuil darah.
Membandingkan bentuk lintah dengan embrio pada tahap alaqah, kita menemukan kesamaan di antara keduanya2 seperti Nampak pada Gambar 1. Embrio pada tahap ini pun mendapat nutrisi dari darah sang ibu, layaknya lintah yang menghisap darah dari mahluk lain.3
 Figure 1
Gambar 1: Ilustrasi yang menggambarkan kemiripan tampilan antara lintah dan embrio manusia pada tahap alaqah. (Gambar lintah dari Human Development as Described in the Quran and Sunnah, Moore dkk, hal. 37, dimodifikasi dari Integrated Principles of Zoology, Hickman dkk. Gambar embrio dari The Developing Human, Moore and Persaud, Edisi ke-5., hal. 73.)

Arti kedua dari kata alaqah adalah “benda yang bergantung”  Inilah apa yang kita lihat dalam Gambar 2 dan 3, bergantungnya embrio selama tahap alaqah stage, di dalam Rahim sang ibu.
Gambar 2: Dari gambar ini, kita bias melihat bergantungnya embrio selama tahap alaqah di dalam rahim ibu (uterus). (The Developing Human, Moore dan Persaud, Ed. Ke-5, hal. 66.)
Figure 2  (Click here to enlarge)


Gambar 3: Dalam foto mikrografis ini, kita bias melihat nergantungnya embrio (bertanda B) selama tahap alaqah (di usia sekitar 15 hari) di dalam Rahim ibu. Ukuran sebenarnya dari embrio ini sekitar 0.6 mm. (The Developing Human, Moore, Ed. Ke-3, hal. 66, dari Histology, Leeson and Leeson.)
Figure 3

Arti ke tiga dari kata alaqah adalah “secuil darah.”  Kita dapati bahwa tampilan luar dari embrio dan kantungnya selama tahap alaqah serupa dengan secuil darah. Demikianlah adanya pada tahapan ini 4 (lihat Gambar 4).  Selama tahap ini pula, darah di dalam embrio tidak bersirkulasi hingga akhir minggu ke tiga.5  Jadi, embrio pada tahap ini layaknya secuil darah!
Gambar 4: Diagram system kardiovaskular primitive di dalam embrio alaqah.  Tampilan luar dari embrio dan kantungnya serupa dengan sexual darah, karena jumlah darah yang relative banyak di dalam embrio. (The Developing Human, Moore, ed. Ke-5, hal. 65.) 
Figure 4  (Click here to enlarge)

Dengan demikian, ketiga arti dari kata alaqah Menyatu dan bersesuaian dengan tepatnya terhadap deskripsi embrio manusia pada tahap alaqah.
Tahap berikutnya yang disebutkan dalam ayat ini adalah tahap mudghah.  Kata Arab mudghah memiliki arti “zat yang dikunyah.”  Jika seseorang mengambil sepotong permen karet kemudian mengunyah dalam mulutnya lalu membandingkannya dengan embrio pada tahap mudghah , maka kita dapat menyimpulkan bahwa embrio pada tahap mudghah akan Nampak seperti benda yang dikunyah.  Ini karena bentuk alur di punggung embrio “menyerupai bekas tapak gigi pada benda yang dikunyah. 6 (lihat Gambar 5 dan 6).
 
Gambar 5: Foto embrio pada tahap mudghah  (usia 28 hari).  Embrio pada tahap ini memiliki tampilan seperti benda yang dikunyah, karena bentuk alur di punggungnya mirip bekas tapak gigi pada benda yang dikunyah. Ukuran nyata dari embrio ini adalah 4 mm. (The Developing Human, Moore dan Persaud, ed. Ke-5, hal. 82, dari Professor Hideo Nishimura, Kyoto University, Kyoto, Jepang.)
Figure 5

 
Gambar 6: Jika tampilan embrio pada tahap mudghah dibandingkan dengan permen karet yang dikunyah, kita akan menemukan kemiripan di antara keduanya.
A) Gambar embrio pada tahap mudghah.  Dapat kita lihat bentuk alur di punggung embrio nampak seperti tapak gigitan. (The Developing Human, Moore dan Persaud, ed. Ke-5, hal. 79.)
B) Foto segumpal permen karet yang telah dikunyah.
Figure 6  (Click here to enlarge)

Bagaimana mungkin Muhammad bias mengetahui semua ini 1400 tahun yang lalu, sementara para ilmuwan baru menemukannya dengan dengan menggunakan peralatan canggih dan mikroskop berkekuatatan tinggi yang tidak tersedia di jaman itu?  Hamm dan Leeuwenhoek adalah ilmuwan pertama yang mengamati sel-sel sperma manusia (spermatozoa) dengan menggunakan mikroskop yang lebih baik pada tahun 1677 (lebih dari 1000 tahun setelah Muhammad ).  Mereka memiliki pemikiran yang salah bahwa sel sperma mengandung bentuk miniature manusia yang kemudian tumbuh saat dimasukkan kedalam sistem kelamin wanita.7
Professor Emeritus Keith L. Moore8 merupakan salah satu ilmuwan paling terkenal dalam bidang anatomi dan embriologi dan pengarang dari buku The Developing Human, yang telah diterjemahkan ke dalam delapan bahasa. Buku ini merupakan karya rujukan ilmiah dan dipilih oleh komite khusus di Amerika Serikat sebagai buku terbaik yang dikarang satu orang.  Dr. Keith Moore adalah Profesor Emeritus bidang Anatomi dan Biologi Sel di Universitas Toronto, Toronto, Kanada.  Di universitas ini, beliau adalah Dekan bidang Sain Dasar di Fakultas Kesehatan dan selama 8 tahaun menjabat sebagai Kepala Departemen Anatomi.  Pada tahun 1984, beliau menerima penghargaan paling istimewa dalam bidang anatomi di Kanada, the J.C.B. Grant Award dari Asosiasi Ahli Anatomi Kanada. Beliau telah memimpin banyak asosiasi internasional seperti Asosiasi Anatomi Kanada dan Amerika dan Dewan Perserikatan Ilmu Biologi.
Di tahun 1981, pada Konferensi Kesehatan Ke-7 di Dammam, Arab Saudi, Professor Moore mengatakan: “Senang sekali bias membantu menjelaskan pernyataan dalam Al-Qur’an mengenai perkembangan manusia. Jelas bagi saya bahwa pernyataan-pernyataan ini pasti diterima Muhammad dari Tuhan, karena hamper semua pengetahuan ini tidak diketahui hingga banyak abad kemudian. Ini bukti bagi saya bahwa Muhammad adalah seorang utusan Tuhan.”9  (Untuk melihat video RealPlayer dari komentarnya klik di sini Video Clip).
Kemudian, ketika Professor Moore ditanya: “Apakah ini berarti bahwa Anda percaya bahwa Qur’an adalah firman Tuhan?”  Beliau menjawab: “Tidak sukar bagi saya untuk menerimanya.”10
Pada sebuah konferensi, Professor Moore menyatakan: “....Karena penahapan embrio manusia itu rumit, mengingat proses perubahan yang yang teru-menerus selama perkembangannya, saya mengusulkan bahwa system klasifikasi yang baru dapat dikembangkan dengan menggunakan istilah-istilah yang disebutkan dalam Qur’an dan Sunnah (perkataan, perbuatan, atau apa yang disetujui Muhammad ). Sistem yang diajukan ini sederhana, menyeluruh, dan bersesuaian dengan pengetahuan embriologi dewasa ini. Kajian-kajian intensif terhadap Qur’an dan hadits (berita yang disampaikan para sahabat Nabi Muhammad’s mengenai apa yang dikatakan, diperbuat, atau yang disetujuinya) empat tahun yang lalu telah mengungkapkan sebuah system untuk mengklasifikasikan embrio manusia yang menakjubkan karena dicatat di abad ke tujuh Masehi.  Meskipun Aristoteles, penemu ilmu embriologi, mengetahui bahwa embrio ayam berkembang secara bertahap berdasar kajiannya pada telur ayam di abad ke empat Sebelum Masehi, beliau tidak memberikan rincian apapun mengenai tahapannya. hen’s eggs in the fourth century B.C., he did not give any details about these stages. Di sepanjang sejarah embriologi, sedikit yang diketahui tentang penahapan dan klasifikasi embrio manusia hingga abad ke duapuluh. Karena alas an inilah, deskripsi embrio di dalam Qur’an mustahil didasarkan pada pengetahuan ilmiah di abad ke tujuh. Satu-satunya kesimpulan yang masuk akal adalah: deskripsi ini diwahyukan kepada Muhammad dari Tuhan. Muhammad tidak mungkin mengetahui hal sedemikian detilnya karena beliau sendiri adalah seorang buta huruf tanpa pelatihan ilmiah sedikit pun.”11  (Lihat video RealPlayer mengenai komentar ini Video Clip).

_____________________________
Footnotes:
(1) Perlu dicatat bahwa kalimat dalam tanda kurung khusus ini  ... hanyalah terjemahan dari makna Al-Qur’an. Ini bukan Quranbya langsung, yang berbahasa Arab. Description: Back from footnote (1)
(2) The Developing Human, Moore and Persaud, 5th ed., p. 8. Description: Back from footnote (2)
(3) Human Development as Described in the Quran and Sunnah, Moore and others, p. 36. Description: Back from footnote (3)
(4) Human Development as Described in the Quran and Sunnah, Moore and others, pp. 37-38. Description: Back from footnote (4)
(5) The Developing Human, Moore and Persaud, 5th ed., p. 65. Description: Back from footnote (5)
(6) The Developing Human, Moore and Persaud, 5th ed., p. 8. Description: Back from footnote (6)
(7) The Developing Human, Moore and Persaud, 5th ed., p. 9. Description: Back from footnote (7)
(8) Note: The occupations of all the scientists mentioned in this web site were last updated in 1997. Description: Back from footnote (8)
(9) The reference for this saying is This is the Truth (videotape).  For a copy of this videotape, please visit this pageDescription: Back from footnote (9)
(10) This is the Truth (videotape). Description: Back from footnote (10)
(11) This is the Truth (videotape).  For a copy, see footnote no. 9.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bentuk Bumi Dalam Qur'an

Bentuk Bumi Bulat (Arti Kata KAWARA dan DAHAHA) Dahulu kala, orang percaya bahwa bumi datar. Berabad-abad, manusia takut untuk bepergian terlalu jauh, jika melanggar maka akan terjatuh di pinggiran bumi. Sir Francis Drake adalah orang pertama yang membuktikan bahwa bumi bulat setelah berlayar mengitarinya di tahun 1597. Perhatikan ayat Quran tentang perubahan siang dan malam. "Tidakkah engkau melihat bahwa Allah memasukkan malam kedalam siang dan memasukkan siang kepada malam?"[Al-Qur'an 31:29] Kata 'memasukkan' disini mengandung pengertian bahwa malam secara perlahan berubah kedalam siang, demikian pula sebaliknya.Fenomena ini hanya bisa terjadi jika bumi berbentuk bulat. Jika bumi datar, maka perubahan antara siang dan malam akan seketika, tidak perlahan-lahan.      Ayat berikut juga menyinggung bahwa bentuk bumi bulat. "Dia ciptakan langit dan bumi dengan benar. Dia menggulungkan malam pada siang, dan menggulungkan siang atas malam ."[Al-Qur'

Gunung Sebagai Pasak

Ayat Al-Quran Tentang Gunung: Sumber: www.islam-guide.com Alih Bahasa: T.J. Sagwiangsa Sebuah buku yang berjudul Earth  merupakan textbook rujukan mendasar di banyak universitas di seluruh dunia.  Salah seorang pengarangnya adalah Professor Emeritus Frank Press.  Dia merupakan Penasehat Sains bagi Presiden Amerika Serikat terdahulu Jimmy Carter, dan menjabat selama 12 tahun sebagai Direktur di National Academy of Sciences, Washington, DC. Bukunya menyatakan bahwa gunung-gunung memiliki akar di bawahnya. 1   Akar-akar ini tertancap dalam di dalam tanah, karenanya, gunung-gunung memliki bentuk seperti sebuah pasak  (lihat Gambar 7, 8, dan 9).   Gambar 7:  Gunung-gunung memiliki akar yang dalam di bawah permukaan tanah. ( Earth , Press dan Siever, hal. 413.) Gambar 8:  Penampang skematik.  Gunung-gunung, seperti halnya pasak, memiliki akar yang tertancap di dalam tanah ( Anatomy of the

Siapa Pengarang Perjanjian Baru?

Kitab Perjanjian Baru Alih bahasa dari: The New Testament Oleh: Dr. Lawrence Brown, M.D. www.TrueToJesus.com Keduanya membaca Al Kitab siang dan malam, Yang kaubaca hitam sedangkan bagiku putih -          Mark Twain, Letters from Earth, Vol. II Tentu saja, sikap sentimen Blake di atas bukan sesuatu yang baru. Kitab Perjanjian Baru mengandung banyak ketidakkonsistenan yang menelurkan beragam interpretasi, keyakinan, agama yang memusingkan, yang kesemuanya dinyatakan berlandaskan Al Kitab. Dan kita pun menemukan satu pengarang yang mengusulkan hasil pengamatan yang menghibur: Anda bisa dan tidak bisa, Anda harus dan tidak harus, Anda akan dan tidak akan, Dan Anda akan dikutuk jika Anda melakukannya, Dan Anda akan dikutuk jika Anda tidak melakukannya.[1] Mengapa banyak ragam sudut-pandang? Pertama, kelompok-kelompok teologi yang berbeda berselisih pendapat mengenai kitab yang mana yang harus dimasukkan kedalam Al-Kitab. Naskah apokrip (tak jelas siapa