Langsung ke konten utama

KEKUATAN DOA Bab 11 - Ahmed Hulusi



11
HARUSKAH DZIKIR DILAKUKAN DENGAN MENGASINGKAN DIRI?





Pada sebagian orang yang belum benar-benar memahami esensi dzikir, ada yang mengklaim bahwa jika ingin melakukan dzikir seseorang mesti dalam suasana sunyi dan menyendiri. Ini sama sekali keliru.

Tak dapat disangkal bahwa dzikir yang dilakukan dengan mengasingkan diri dalam suasana kontemplatif sangatlah bermanfaat. Namun demikian tidak berarti bahwa orang yang tidak memiliki sarana untuk memperoleh suasana ini tidak mesti berdzikir sama sekali. Dzikir dapat dilakukan secara diam-diam dimanapun di setiap saat. Baik dengan merujuk kepada ayat yang mengatakan bahwa dzikir mesti dilakukan ketika sedang 'berdiri, duduk ataupun berbaring' ataupun dengan hadits yang mengatakan bahwa mengucapkan dzikir. “la ilaha illaLlah wahdahu la syarikalah, lahu l-mulku wa lahu l-hamdu yuhyi wa yumitu, wa Huwa 'ala kulli syai'in Qadir” akan memberikan manfaat yang berharga meskipun dilakukan di tempat-tempat umum. Nyata sekali bahwa dzikir dapat dan mesti dilakukan di setiap keadaan.

Ini sungguh topik yang penting.

Mestikah kita merenungkan kandungan dzikir ketika kita melakukannya?

Akankah shalat, bentuk lain dari doa dan dzikir, menjadi rusak jika pikiran pelakunya melayang-layang ke arah lain ketika membaca doanya, sehingga mengakibatkan doa-doa dan dzikir-dzikir yang dibaca menjadi tidak efektif?

Mesti saya katakan bahwa lintasan-lintasan yang muncul dalam pikiran ketika sedang berdoa atau sedang berdzikir tidak menyebabkan bahaya.

Otak secara terus-menerus menjalankan tugas-tugasnya yang tak terhitung secara serentak.

Sangat mungkin sekali bagi kita untuk memegang biji tasbih dan melakukan dzikir ketika sedang berjalan-jalan dan memikirkan sesuatu hal sambil melihat-lihat pemandangan pada saat yang bersamaan. Masing-masing aktivitas ini terlaksana oleh bagian-bagian otak yang berbeda. Anda bisa membaca buku, sambil berdzikir dan mendengar orang-orang berbicara di sekitar Anda ketika Anda sedang menonton TV dalam waktu yang bersamaan. Ini terkait dengan kemampuan otak untuk melakukan banyak tugas dalam waktu yang bersamaan. Orang-orang dengan spiritualitas yang tinggi bahkan bisa melakukan koneksi spiritual sebagai tambahan terhadap semua ini.

Yang lebih pokok adalah aktivitas yang terjadi di dalam otak serta pengunggahan otomatis dari hasil-hasilnya ke ruh. Baik Anda menyadarinya ataupun tidak, hal ini tidak berubah! Seperti telah saya ceritakan di depan, seseorang yang baru melaksanakan dzikir pertama kali, dan dia lebih sering melakukannya ketika berada di sebuah bar, akhirnya berangkat haji hanya delapan bulan kemudian! Oleh karena itu, pengasingan diri bukanlah syarat untuk melakukan dzikir.

Lihat Bab-1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bentuk Bumi Dalam Qur'an

Bentuk Bumi Bulat (Arti Kata KAWARA dan DAHAHA) Dahulu kala, orang percaya bahwa bumi datar. Berabad-abad, manusia takut untuk bepergian terlalu jauh, jika melanggar maka akan terjatuh di pinggiran bumi. Sir Francis Drake adalah orang pertama yang membuktikan bahwa bumi bulat setelah berlayar mengitarinya di tahun 1597. Perhatikan ayat Quran tentang perubahan siang dan malam. "Tidakkah engkau melihat bahwa Allah memasukkan malam kedalam siang dan memasukkan siang kepada malam?"[Al-Qur'an 31:29] Kata 'memasukkan' disini mengandung pengertian bahwa malam secara perlahan berubah kedalam siang, demikian pula sebaliknya.Fenomena ini hanya bisa terjadi jika bumi berbentuk bulat. Jika bumi datar, maka perubahan antara siang dan malam akan seketika, tidak perlahan-lahan.      Ayat berikut juga menyinggung bahwa bentuk bumi bulat. "Dia ciptakan langit dan bumi dengan benar. Dia menggulungkan malam pada siang, dan menggulungkan siang atas malam ."[Al-Qur'...

Pertentangan Besar Ajaran Paulus dengan Ajaran Yesus

Teologi Paulus alih bahasa dari: Pauline Theology Oleh: Dr. Lawrence B. Brown, MD dari: www.TrueToJesus.com Pada pertengahan abad 19 dan 20-an, dengan kesadaran akan perbedaan-perbedaan diantara doktrin Trinitas dan keyakinan periode awal, orang mungkin terkejut jika menemukan sebuah kelompok yang mengaku para pengikut Yesus Kristus kemudian membaca ayat berikut dalam Al-Qur’an: “Wahai Ahli Kitab! Janganlah kalian melampaui batas dalam agamamu; atau mengatakan sesuatu tentang Tuhan kecuali yang benar. Al Masih Isa putra Maryam (tidak lebih) hanyalah Utusan Tuhan, dan KalimatNya, yang disampaikanNya kepada Maryam, dan Ruh dan ruh dariNya; maka berimanlah kepada Tuhan dan para UtusanNya. Dan janganlah kamu mengatakan “Tuhan itu Tiga”; berhentilah; itu lebih baik bagimu; karena Tuhan adalah Tuhan yang Esa; Maha Suci Dia; (Terlalu Agung Dia) untuk memiliki seorang anak. KepunyaanNya segala sesuatu yang di langit san di bumi. Cukuplah Tuhan sebagai pelindung” (Qur’an 4:171)...

Perkembangan Embrio Manusia

Quran Mengenai Perkembangan Embrio Manusia: Sumber: http://www.islam-guide.com/frm-ch1-1-a.htm Di dalam Kitab Suci Al-Qur’an, Tuhan berfirman mengenai tahap-tahap perkembangan embrio manusia:   Kami ciptakan manusia dari saripati tanah.  Kemudian Kami membuatnya sebagai nutfah (tetesan) di tempat yang kokoh. Kemudian tetesan itu Kami jadikan alaqah (lintah, benda yang bergantung, secuil darah), kemudian alaqah itu Kami jadikan mudgoh (benda yang dikunyah) 1 (Quran, 23:12-14) Secara literal, kata Arab untuk alaqah memiliki tiga arti: (1) lintah, (2) benda yang bergantung, dan (3) secuil darah. Membandingkan bentuk lintah dengan embrio pada tahap alaqah , kita menemukan kesamaan di antara keduanya 2 seperti Nampak pada Gambar 1. Embrio pada tahap ini pun mendapat nutrisi dari darah sang ibu, layaknya lintah yang me nghisap darah dari mahluk lain. 3   Gambar 1: Ilustrasi yang menggambarkan kemiripan ta...