Langsung ke konten utama

Mengenal Diri - 2




MAKNA YANG TERSIRAT DALAM NAMA ALLAH


 Sumber:           KNOW YOURSELF  Karya: AHMED HULUSI
Alih Bahasa: T. J. Sagwiangsa


Seperti telah diketahui, B-ismi-llah’ adalah frase yang secara harfiah berarti ‘Dengan Nama (Ism) Allah’. Dan ini menunjukkan bahwa kata ‘Allah’ menunjuk kepada sebuah Nama istimewa yang disandangkan kepada Keberadaan Tertinggi. Dalam hal Nama-nama Tuhan, masing-masing Nama Tuhan menyatakan atribut khusus yang terkait dengan Nama itu sendiri. Kami telah memperkenalkan topik ini dan membahas masalah ini dari perspektif yang sama sekali berbeda dengan menggunakan frase ‘Satu Yang Maha Tinggi merujuk  kepada Allah’ dalam tulisan-tulisan kami sebelumnya.

Untuk menjelaskan arti dari konsep ini, mari fokuskan perhatian kita pada rincian nama ‘Allah’ dengan memandangnya dari sudut yang berbeda berdasarkan tulisan asli bahasa Arab.

Telah sangat dikenal bahwa menurut mereka yang tertarik dengan Sufisme bahwa ada empat dimensi utama dari alam. Ada Alam Dzat (Alam Al-Dzat), Alam Sifat (Alam Al-Sifat), Alam Nama (Alam Al-Asma) dan Alam Perbuatan (Alam Al-Af’al). Dengan menyadari bahwa Kebenaran Tertinggi menembus alam-alam ini, seseorang dapat dipastikan telah membebaskan dirinya dari semua kecurigaan, dan karenanya mencapai pemahaman akhir melalui Peningkatan Spiritual (Uruj) dan sebagai imbalannya ini akan membuatnya mengetahui Hakikat dirinya.

Setelah pengantar singkat ini, kini saatnya kita mempokuskan diri pada kajian kita.

Kita ketahui bahwa kata benda ‘Allah’ ditulis dengan huruf-huruf Arab dan dimulai dengan huruf ‘Alif’, yang berdiri sendiri pada awalnya, dan pada saat yang bersamaan bebas dari semua huruf yang mengikutinya. Disamping huruf ‘Alif’ ada dua huruf lain, huruf ‘Lam’, yang keduanya saling menyambung. ‘Lam’ yang ke-dua diikuti oleh huruf ‘H’, yang mirip sebuah lingkaran (Dalam kaligrafi gaya Qufi, bentuk huruf ini seperti kotak). Ada juga ‘Alif’ lainnya yang tak nampak di antara ke-dua huruf ‘Lam’ dan ‘H’. Meskipun tidak nampak, ketika diucapkan berfungsi sebagai huruf hidup pendek yang memberikan bunyi huruf ‘A’.

Mari kita lihat lebih dekat makna dari masing-masing huruf ini, sehingga kita dapat memahami apa yang disimbolkan dan diwakilinya. Sungguh, penilaian ini berdasarkan pada temuan spiritual (Kashf) dari mereka yang telah mencapai realisasi diri mereka dan karenanya penilaian mereka tidak bersifat mandiri. Namun begitu, agar Anda dapat melihat kajian yang lebih rinci, saya akan berbagi dengan Anda informasi berikut dengan harapan akan bermanfaat bagi pengetahuan kita.

Menurut orang-orang ini, ‘Alif’ pertama berhubungan dengan tahap ke-Esaan Utama (Ahadiyyat) yang menandai kualitas Yang Tunggal. Dengan kata lain, Dzat yang Esa yang dinamai sebagai ‘Allah’. Dzat ini tak dapat dibatasi dengan cara apapun atau difahami dengan visi apapun, sebab pada tingkatan Dzat ada kebebasan absolut, yang menunjukkan bahwa Dzat sama sekali terlepas dari semua sifat (atribut). Pada kenyataannya, ini adalah tahap KETIADAAN yang tidak dapat di definisikan ataupun dibayangkan atau dipikirkan dengan cara apapun. Keadaan ini disimbolkan dengan huruf ‘Alif’, yang pada intinya merupakan sebuah garis lurus ke bawah yang bermula dari sebuah titik, dan secara absolut terlepas dari semua huruf lainnya dalam menuliskan kata ‘Allah’.

Sekarang, mari kita lihat arti dari ke-dua huruf ‘Lam’ yang saling terikat. ‘Lam’ pertama merujuk kepada Alam Sifat. Ini berarti bahwa semua yang ada muncul di kehidupan dan menjadi sadar sepenuhnya melalui kualitas dan sifat dari dimensi khusus ini. Pada nyatanya, semua alam terbentuk dengan terbukanya Nama Tuhan sebagai akibat dari dimensi spiritual yang menunjuk kepada tahap sifat. Ini sebabnya mengapa ‘Lam’ pertama atau huruf ‘L’ ini ditulis di samping ‘Lam’ ke-dua atau huruf ‘L’ dalam penulisan Arab dari kata ‘Allah’.

Mari kita bicarakan tentang ‘Lam’ yang ke-dua. Seperti dapat kita lihat, huruf ‘L’ ini terikat dengan ‘Lam’ pertama, yang sederhananya menunjukkan bahwa semua keberadaan terbentuk dari kualitas melekat dalam stasiun spiritual Sifat Tuhan dan merupakan bagian keberadaan tunggal sepenuhnya. Kualitas Ketuhanan yang berada dalam tahap Nama-nama berasal dari stasiun Sifat Tuhan. Karena alasan ini, ‘Lam’ ke-dua dapat dimisalkan sebagai pengulangan dari yang pertama, muncul kedua kalinya seperti ditunjukkan dengan kata ganti penunjuk ini. Namun kini, muncul dengan corak yang terpisah karena makna dan rincian yang disampaikannya tidaklah sama. Karenanya, dapat dikatakan bahwa ‘Lam’ ke-dua berasal dari yang pertama, jadi tidak sekedar dianggap sebagai pengulangan dari ‘Lam’ pertama, namun menunjuk kepada tahap unik dimana pewahyuan mewujud. Karena itulah, ia diulang untuk kedua kalinya.
Sekarang mari kita fokuskan kepada huruf ‘H’. Baik ditulis sebagai lingkaran yang terikat ke ‘Lam’ ke-dua, yang ditulis demikian sejak dulu kala, ataupun dengan bentuk kotak dalam kaligrafi Qufi di awal-awal masa KeIslaman, huruf ‘H’ memiliki arti sebagai berikut.

Huruf ‘H’ mewakili Alam Perbuatan yang menampakkan semua Kualitas Ketuhanan, yang tak memiliki awal ataupun akhir. Ia adalah transformasi sinambung yang muncul dari Alam Sifat dan Nama-nama. Dengan kata lain, huruf ini mewakili alam-di-dalam-alam yang tak terhitung dan segala sesuatu yang telah terindera!
Dalam kaligrafi Qufi, huruf ‘H’ memiliki dua bentuk. Ia memiliki dua mata atau dua titik di atasnya. Ini menunjukkan bahwa Alam Perbuatan dapat dilihat dari dua perspektif, apakah itu sebagai dunia yang nampak ataupun dunia yang tak nampak, bergantung pada tingkat kemampuan pengamatnya dan cara bagaimana melihatnya.

Huruh ‘H’ terikat dengan ‘Lam’ ke-dua, karena Alam Perbuatan tidak terlepas dari Alam Nama dan Alam Sifat. Lebih dari itu, Alam Perbuatan ada dengan kualitas yang muncul dari dimensi Sifat dan Nama darimana ia berasal.

Sementara itu, ada ‘Alif’ yang tersembunyi di antara ‘Lam’ ke-dua dan huruf ‘H’. Keberadaannya terucapkan setiap saat kata ini dibaca. Ini menunjukkan bahwa Alam Perbuatan ada karena Kehendak Dzat Tuhan, yang berada dalam pengetahuan (Ilm) Allah Yang Maha Kuasa dan ini berkelanjutan tanpa interupsi sebagai bagian keberadaan dalam kesatuan total melalui Nama-nama dan SifatNya.

Tidak diragukan bahwa orang-orang yang telah mencapai kebenaran ini pasti akan memahami apa yang telah kami komunikasikan dari para guru spiritual secara lebih menyeluruh. Mereka bukan hanya dapat mengevaluasi dengan cara yang lebih baik makna dari nama ‘Allah’ ini, melainkan juga akan mengetahui mengapa nama ini telah dipilih sebagai nama yang paling cocok.

Saya berharap bahwa informasi ini, yang telah didapat oleh banyak orang melalui temuan spiritual pribadinya akan membantu kita untuk memahami kedalaman nama ‘Allah’ dengan cara yang lebih baik, sehingga kita dapat menggunakannya di dunia ini dengan cara yang tepat ke depannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bentuk Bumi Dalam Qur'an

Bentuk Bumi Bulat (Arti Kata KAWARA dan DAHAHA) Dahulu kala, orang percaya bahwa bumi datar. Berabad-abad, manusia takut untuk bepergian terlalu jauh, jika melanggar maka akan terjatuh di pinggiran bumi. Sir Francis Drake adalah orang pertama yang membuktikan bahwa bumi bulat setelah berlayar mengitarinya di tahun 1597. Perhatikan ayat Quran tentang perubahan siang dan malam. "Tidakkah engkau melihat bahwa Allah memasukkan malam kedalam siang dan memasukkan siang kepada malam?"[Al-Qur'an 31:29] Kata 'memasukkan' disini mengandung pengertian bahwa malam secara perlahan berubah kedalam siang, demikian pula sebaliknya.Fenomena ini hanya bisa terjadi jika bumi berbentuk bulat. Jika bumi datar, maka perubahan antara siang dan malam akan seketika, tidak perlahan-lahan.      Ayat berikut juga menyinggung bahwa bentuk bumi bulat. "Dia ciptakan langit dan bumi dengan benar. Dia menggulungkan malam pada siang, dan menggulungkan siang atas malam ."[Al-Qur'...

Pertentangan Besar Ajaran Paulus dengan Ajaran Yesus

Teologi Paulus alih bahasa dari: Pauline Theology Oleh: Dr. Lawrence B. Brown, MD dari: www.TrueToJesus.com Pada pertengahan abad 19 dan 20-an, dengan kesadaran akan perbedaan-perbedaan diantara doktrin Trinitas dan keyakinan periode awal, orang mungkin terkejut jika menemukan sebuah kelompok yang mengaku para pengikut Yesus Kristus kemudian membaca ayat berikut dalam Al-Qur’an: “Wahai Ahli Kitab! Janganlah kalian melampaui batas dalam agamamu; atau mengatakan sesuatu tentang Tuhan kecuali yang benar. Al Masih Isa putra Maryam (tidak lebih) hanyalah Utusan Tuhan, dan KalimatNya, yang disampaikanNya kepada Maryam, dan Ruh dan ruh dariNya; maka berimanlah kepada Tuhan dan para UtusanNya. Dan janganlah kamu mengatakan “Tuhan itu Tiga”; berhentilah; itu lebih baik bagimu; karena Tuhan adalah Tuhan yang Esa; Maha Suci Dia; (Terlalu Agung Dia) untuk memiliki seorang anak. KepunyaanNya segala sesuatu yang di langit san di bumi. Cukuplah Tuhan sebagai pelindung” (Qur’an 4:171)...

Perkembangan Embrio Manusia

Quran Mengenai Perkembangan Embrio Manusia: Sumber: http://www.islam-guide.com/frm-ch1-1-a.htm Di dalam Kitab Suci Al-Qur’an, Tuhan berfirman mengenai tahap-tahap perkembangan embrio manusia:   Kami ciptakan manusia dari saripati tanah.  Kemudian Kami membuatnya sebagai nutfah (tetesan) di tempat yang kokoh. Kemudian tetesan itu Kami jadikan alaqah (lintah, benda yang bergantung, secuil darah), kemudian alaqah itu Kami jadikan mudgoh (benda yang dikunyah) 1 (Quran, 23:12-14) Secara literal, kata Arab untuk alaqah memiliki tiga arti: (1) lintah, (2) benda yang bergantung, dan (3) secuil darah. Membandingkan bentuk lintah dengan embrio pada tahap alaqah , kita menemukan kesamaan di antara keduanya 2 seperti Nampak pada Gambar 1. Embrio pada tahap ini pun mendapat nutrisi dari darah sang ibu, layaknya lintah yang me nghisap darah dari mahluk lain. 3   Gambar 1: Ilustrasi yang menggambarkan kemiripan ta...